‘Bajul’ Sungai Selagan Bawa Tubuh Korban Hingga 1 Kilometer

BERANDA2579 Dilihat

Berita Mukomuko, Kota – Konflik antara manusia dengan buaya terjadi di Sungai Selagan. Seorang pria bernama Sabri (68) diterkam buaya saat membersihkan kaca mata selam di pinggir sungai Selagan (Lubuk Nago), Senin (21/02 /2022).

Camat Kota Mukomuko Kabupaten Mukomuko, Ali Nasri membenarkan kejadian ini.

Proses Pencarian Korban Terkaman Buaya (dok.Cipto)

“Benar, kejadiannya hari ini (Senin, 21/02 /2022) di aliran Sungai Selagan,” ucap Ali Nasri, Senin (21/02 /2022).

Terpisah, Kapolres Mukomuko AKBP Witdiardi, S.IK., MH melalui Kapolsek Kota Mukomuko Iptu M. Simanjuntak saat dihubungi mengatakan, sekitar pukul 13:00 wib, korban membersihkan kaca mata selam yang akan digunakan untuk menyelam lokan.

“Korban membersihkan kaca mata selamnya di pinggir sungai. Setelah beberapa saat, temannya yang berinisial SF (39) tidak melihat Sabri. Merasa tak biasa, Ia turun ke pinggir Sungai dan melihat kaca mata milik korban dan berinisiatif mencari dengan memanggil nama korban,” ujar Kapolsek.

Tak lama berselang, SF melihat tubuh korban dibawa Buaya alias bajul ke arah Hulu Sungai Selagan.

“Melihat hal ini, teman korban meminta bantuan warga Desa Tanah Rekah dan Desa Pondok Batu. Bersama tim gabungan dan warga, korban berhasil ditemukan sekitar pukul 17:10 wib sekitar 1 kilometer dari tempat kejadian perkara (TKP),” terangnya.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya (BKSDA) Bengkulu, Abu Kamel melalui Kepala Seksi (Kasi) Konservasi Wilayah I BKSDA Bengkulu, Said Jauhari saat dikonfirmasi mengatakan, sungai Selagan merupakan salah satu habitat buaya di wilayah Kabupaten Mukomuko. Menurut Said, di wilayah Provinsi Bengkulu di setiap muara merupakan habitat buaya.

“Dari perbatasan Bengkulu – Sumatera Barat sampai ke Kabupaten Kaur bagian Selatan (Bintuhan) pada umumnya merupakan habitat buaya,”jelasnya.

Lebih lanjut Said menjelaskan, di Provinsi Bengkulu hanya ada satu jenis buaya yaitu buaya muara (Crocodylus porosu). Ini merupakan salah jenis buaya terbesar di dunia yang masuk dalam kategori keluarga satwa yang dilindungi.

“Di Kabupaten Mukomuko, hanya ada satu jenis buaya. Ada juga buaya rawa, ciri fisiknya moncongnya (mulut) lebih panjang (lancip). Salah satu habitatnya ada di Riau,”jelasnya.

Saat disinggung langkah yang akan di ambil pasca konflik buaya dengan manusia di sungai Selagan, Said mengungkapkan sungai Selagan merupakan habitat buaya yang juga dikenal sebagai nama buaya bekatak.

“Kalau disebut populasi buaya di aliran sungai Selagan banyak, saya rasa tidak, namun setiap muara sekitar satu atau dua ekor pasti ada. Kalau di Kabupaten Mukomuko yang sering muncul itu di aliran sungai Air Rami dan ini bukan konflik karena itu memang habitatnya. Dikatakan konflik jika binatang pemangsa berulah diluar habitatnya. “kata Said.

Dalam kasus di sungai Selagan, lanjutnya korban hanya digigit sedangkan jika posisi lapar buaya akan memakan mangsanya. Ia minta masyarakat terutama warga lokal biasanya lebih arif dan mengetahui habis satwa yang juga dikenal dengan sebutan Man-eater (pemakan manusia) ini.

“Jadi sangat tidak mungkin buaya ini dievakuasi dari habitatnya,”tuturnya.

Konservasi Wilayah I BKSDA Bengkulu menghimbau kepada masyarakat agar beraktivitas di aliran sungai muara untuk lebih berhati-hati terlebih di wilayah kekuasaan buaya. Menurutnya, buaya bisa menguasai wilayah atau wilayah jelajah hingga 20 kilometer dari muara.(cty)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *