Mengenal HIV dan AIDS, Benarkah ini Penyakit ‘Kutukan’ Yang Belum ada Obatnya

BERANDA1135 Dilihat

BERITAMUKOMUKO.COM, METRO – Belum lama ini, Dinas Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran atau Satpol PP dan Damkar (saat itu) Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu menggelar razia di panti pijat. Dari kegiatan tersebut, didapati adanya karyawan yang diduga terjangkit virus Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Tahukah Anda Apa HIV.?

Dikutip dari laman https://yankes.kemkes.go.id. HIV merupakan virus yang menyerang sistem imunitas. Infeksi virus ini mampu menurunkan kemampuan imunitas manusia dalam melawan benda–benda asing di dalam tubuh yang pada tahap terminal infeksinya dapat menyebabkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).

BACA JUGA : Penyelenggara Publik Pemerintah Daerah Kabupaten Mukomuko masuk Zona Kuning, OPD Ini akan Kirim Tim ke Ombudsman

Dengan kata lain, HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sedangkan AIDS adalah kondisi akibat serangan virus HIV

HIV adalah virus yang menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Orang yang dalam darahnya terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum tentu membutuhkan pengobatan. Meskipun demikian, orang tersebut dapat menularkan virusnya kepada orang lain bila melakukan hubungan seks berisiko danberbagi penggunaan alat suntik dengan orang lain.

HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Jika makin banyak sel CD4 yang hancur, daya tahan tubuh akan makin melemah sehingga rentan diserang berbagai penyakit.

BACA JUGA : Ombusman Lakukan Penilaian Pelayanan Publik Kepada OPD di Kabupaten Mukomuko

Penyakit HIV/AIDS masih saja menjadi masalah kesehatan dunia.HIV/AIDS seperti Fenomena gunung es (iceberg phenomenon) merujuk pada kondisi penampakan puncak gunung es di atas permukaan air yang sebenarnya merupakan bagian kecil dari bongkahan gunung es di bawah permukaan air yang tidak tampak dan jauh lebih besar.

Penularan HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh penderita, seperti darah, sperma, cairan vagina, cairan anus, serta ASI. Perlu diketahui, HIV tidak menular melalui udara, air, keringat, air mata, air liur, gigitan nyamuk, atau sentuhan fisik. Hubungan seksual sangat beresiko tinggi menularkan virus HIV, tetapi ada pasangan seksual penderita HIV yang tidak tertular virus HIV, mereka bisa disebut pasangan serodiskordant.

BACA JUGA : Bupati Mukomuko Ganti Kepala Dinas P2KBP3A Mukomuko dengan ASN dari Pemkot Bengkulu

Pasangan ODHA serodiskordant adalah jalinan hubungan pasangan ODHA (suami atau istri ) dengan status salah satu dari pasangan terinfeksi HIV (HIV positif) dan pasangan lainnya tidak terinfeksi HIV (HIV negative).

Pasangan serodiskordant mempunyai harapan untuk dapat hidup normal layaknya pasangan lainnya yang tidak menderita HIV. Mereka ingin tetap ingin memenuhi kebutuhan biologisnya terutama kebutuhan seksual meski dengan pasangan yang menderita HIV. Menurut Ridwan (2017), serodiskordan (pasangan ODHA negative) memiliki sikap pasrah menghadapi risiko infeksi, demi keinginan memiliki anak dan merasakan seks bebas tampa batas. Bagi pasangan yang positif memiliki HIV, tetap harus memakai kondom saat seks.

Dilansir dari The Body, dalam forum tanya jawab, Dr. Robert J. Franscino dari The Roberts James Franscino Aids Foundation menjelaskan bahwa keharusan pakai kondom tetap berlaku bagi pasangan yang sama-sama terinfeksi HIV.

BACA JUGA : Ketua Komisi II DPRD Mukomuko Ingatkan Bupati Tidak Kangkangi Perda

Walaupun sudah terinfeksi, seks pakai kondom bisa mencegah terjadinya infeksi ganda (dual infection) atau infeksi ulang (re-infection) antarpasangan. Bila kedua hal tersebut terjadi, maka HIV yang diderita bisa bertambah parah dan bisa menyebabkan kematian karena sistem kekebalan tubuh semakin lemah.

HIV adalah penyakit seumur hidup. Dengan kata lain, virus HIV akan menetap di dalam tubuh penderita seumur hidupnya. Meski belum ada metode pengobatan untuk mengatasi HIV, tetapi ada obat yang bisa memperlambat perkembangan penyakit ini dan dapat meningkatkan harapan hidup penderita. Profilaksis prapajanan (PrEP) HIV oral adalah penggunaan obat ARV sehari-hari oleh orang dengan HIV-negatif untuk mencegah terinfeksi HIV.

BACA JUGA : Tentang Mutasi dan Latar Belakang Pendidikan Pejabat di Mukomuko

Penggunaan obat Antiretroviral mendorong revolusi dalam pengobatan orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di seluruh dunia. Meskipun belum mampu menyembuhkan HIV secara menyeluruh dan menambah tantangan dalam hal efek samping serta resistensi kronis terhadap obat, amun secara dramatis terapi ARV menurunkan angka kematian dan kesakitan, meningkatkan kualitas hidup ODHA, dan meningkatkan harapan masyarakat, sehingga pada saat ini HIV dan AIDS telah diterima sebagai penyakit yang dapat dikendalikan dan tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang menakutkan.

Benarkah HIV AIDS Penyakit Kutukan.?

Dikutip dari laman http://rsudarifinachmad.riau.go.id, Kampanye sosialisasi kesehatan reproduksi ini sudah dimulai oleh Pemerintah Indonesia sejak 2011 silam.

Tujuannya menyasar kaum muda pada usia 15-24 tahun. Kampanye “Aku Bangga Aku Tahu” adalah sosialisasi mengenai perilaku seksual yang harus dihindari sebelum ada komitmen yaitu pernikahan.

Begitu pula dengan penyadaran mengenai cara penularan penyakit HIV/AIDS yakni melalui cairan tubuh hingga bertukar jarum suntik.

Kepala Unit Pelayanan Khusus RSUD Arifin Achmad, dr. Silvia Indriani, menyebutkan, slogan ini dimaksudkan kepada penderita baik yang belum terserang maupun yang sudah terinfeksi virus HIV.

“Dengan program ini, diharapkan mengurangi kasus penularan baru HIV/AIDS di masyarakat Indonesia,” kata dr. Silvia.

Ia berharap masyarakat mengetahui dampak dari HIV. “Yang terpenting adalah jangan malu memeriksakan diri, apalagi mereka yang sudah AIDS,” kata dr. Silvia.

Ia berharap tidak ada diskriminalisasi atau pengucilan terhadap penderita HIV dan AIDS. “HIV AIDS bukan kutukan, jadi lebih baik mengetahui sedini mungkin. Aku Sehat, Aku Bangga Aku,” tegas dr. Silvia.

Artikel ini telah tayang di laman https://yankes.kemkes.go.id dan http://rsudarifinachmad.riau.go.id,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *